ARTIKEL

Didera Job Burn Out? Ini Cara Menanganinya

Baca 2 menit
Burn Out
Good morning exercise
Fenomena burnout bukan hal baru dalam dunia kerja. Tekanan tinggi pada pekerjaan dan lingkungan kerja yang buruk biasanya menjadi pemicu burn out. Gangguan kesehatan fisik dan mental bisa semakin parah jika job burn out tidak segera ditangani. Alih-alih menyerah pada kondisi, ada sejumlah langkah yang bisa dilakukan untuk menangani pemicu job burn out di kantor.
 
 
Menurut Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization, burn out adalah fenomena lingkungan kerja dengan gejala keletihan, sinisme atau pandangan negatif, dan merosotnya efektivitas bekerja.
 
Terkait penyebab burn out, Mayo Clinic menyebutkan pemicunya, yaitu kurangnya kontrol terhadap hal-hal terkait pekerjaan (jadwal, tugas-tugas, dan beban kerja), ketidakjelasan penugasan atasan, disfungsi dinamika lingkungan kerja (terjadinya bully atau buruknya mikromanajemen), aktivitas ekstrem atau berlebihan (pekerjaan monoton atau terjadi kekacauan pekerjaan), kurangnya dukungan sosial, serta ketidakseimbangan antara kehidupan pribadi dengan pekerjaan.
 
Jika tak segera ditangani, job burnout bisa memicu kondisi serius, lho! Selain stres dan insomnia, burn out bisa menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh dan memicu penyakit berbahaya seperti gangguan hati dan diabetes tipe 2. Ada baiknya kita segera melakukan berbagai langkah untuk meredakannya.

Konsisten dalam manajemen waktu

Terapkan manajemen waktu dengan konsisten, terutama jika workload terlalu tinggi dan iklim kerja yang serba cepat. Susunlah skala prioritas pekerjaan sesuai tenggat waktu, delegasikan tugas jika melebihi kemampuan, dan informasikan kepada atasan jika beban kerja sudah melewati batas kemampuan. 

Tetap fokus

Kita tidak pernah tahu akan menemukan lingkungan kerja toxic, kecuali sudah masuk dalam suatu perusahaan. Kondisi toxic ini bisa berasal atasan, rekan kerja, iklim profesi yang kompetitif, atau budaya perusahaan. Mengatasinya tidak mudah. Namun, kita bisa mencoba untuk tetap profesional, berfokus pada tugas dan tanggung jawab kerja, menjalin relasi dengan rekan kerja yang nontoxic, atau jika terlampau parah, coba diskusikan isu ini bersama atasan atau bagian HRD.

Mencari koneksi

Hindari bertahan dalam kondisi kerja yang stagnan terlalu lama. Cobalah menjalin relasi dan buatlah koneksi profesional baru di luar kantor yang membantu diri dan karier kita lebih berkembang. Cari mentor yang senantiasa memberikan masukan agar kita mampu menghadapi situasi kantor yang tidak sehat. 

Prioritaskan perawatan diri sendiri

Ketika mengalami burnout, saatnya fokus pada pemulihan diri. Jaga kesehatan fisik dan mental dengan cara sederhana, seperti menjaga asupan makanan, istirahat cukup, berolahraga, mendengarkan musik favorit, meditasi atau menulis jurnal pribadi. Luangkan waktu untuk bersosialisasi atau sekadar menyepi di alam. Intinya, fokuskan diri pada hal-hal yang membuat kita lebih bersemangat, nyaman, dan bahagia.
 
Namun, jika tekanan job burn out berujung pada stres berkepanjangan dan depresi, tak perlu gengsi untuk mengunjungi psikolog untuk berkonsultasi. Jika kita sudah mulai merasa gangguan kesehatan akibat terlalu lelah bekerja, segera tangani dengan memeriksakan diri ke dokter. Lakukan langkah preventif dengan memproteksi diri dengan produk asuransi yang tepat.
Referensi:
DJKN Kementerian Keuangan. Burn Out dalam Bekerja dan Upaya Mengatasinya. [Diakses pada 7 September 2023]
Mayo Clinic. Burn Out. [Diakses pada 7 September 2023]
Harvard Business Review Volume 11, 2016. Beating Burn Out. [Diakses pada 7 September 2023]
The New York Times.com. Burn Out Work Stress. [Diakses pada 7 September 2023]
Forbes. Symptoms of Job Burnout and 7 Steps to Recovery. [Diakses pada 7 September 2023]

Anda mungkin juga tertarik dengan