PROTEKSI JIWA
Protection untuk beragam gaya hidup Anda dan keluarga
{{title}}
{{label}}Oleh: Tim Medix
Praktik tik medis paling kuno semakin disambut di rumah sakit di seluruh dunia meskipun para kritikus berpendapat bahwa lebih banyak data klinis diperlukan untuk membuktikan keefektifannya.
Dalam zodiak Tionghoa, 2021 melambangkan tahun kerbau logam. Ini sangat pas karena logam melambangkan paru-paru dalam Pengobatan Tradisional Cina (TCM), sedangkan lembu melambangkan prestasi melalui kerja keras.
Bisakah keduanya menghasilkan hasil yang positif bagi kemanusiaan di tahun 2021? Kita semua sangat menyadari betapa besar upaya yang akan dilakukan untuk memvaksinasi seluruh dunia terhadap virus pernapasan Covid-19. Zodiak Tiongkok menunjukkan bahwa ada harapan bagi mereka yang mengandalkan astrologi untuk mendapatkan jawaban.
Dalam istilah yang lebih praktis, pengobatan Barat menyediakan dunia dengan vaksin, sementara TCM menekankan pentingnya memperkuat sistem kekebalan sejak awal. Pendekatan terpisah semacam ini semakin diterima di seluruh dunia kedokteran secara keseluruhan: baik TCM maupun pengobatan Barat memiliki peran yang saling melengkapi untuk dimainkan dalam sistem perawatan kesehatan yang berfungsi dengan baik.
Sederhananya, salah satu bentuk pengobatan berfokus pada gejala dan penyembuhan penyakit. Yang lainnya berbicara tentang pencegahan dan mengambil pandangan yang lebih holistik tentang kesehatan manusia yang memandang pikiran dan tubuh sebagai satu kesatuan yang terhubung.
Tidak ada satu orang pun yang tidak setuju dengan kenyataan bahwa TCM adalah bentuk obat terkodifikasi tertua di dunia. Sebuah teks medis yang disebut Huangdi Neijing (tabib Kaisar Kuning) secara umum dianggap disusun di waktu antara akhir era negara-negara tiongkok berperang dan awal Dinasti Han sekitar dua ribu tahun yang lalu.
Buku ini pada dasarnya adalah wacana antara seorang tabib dan Kaisar Kuning sosok semi-mitos yang hidup ribuan tahun sebelumnya. Dia sering dikatakan sebagai nenek moyang seluruh ras Tionghoa.
Huangdi Neijing mencakup poin-poin utama TCM, termasuk konsep qi (kekuatan hidup) dan 12 garis meridian yang memungkinkannya mengalir melalui tubuh manusia. Ini juga memperkenalkan prinsip panduan TCM tentang yin dan yang: bahwa kesehatan yang baik berasal dari keseimbangan dalam pikiran dan tubuh.
Dan di situlah letak kontroversi yang masih membebani TCM di beberapa tempat. Banyak dari standar konsepnya tidak mengalami perubahan selama dua milenium.
Untuk beberapa orang, ini bertentangan dengan data uji klinis yang dianut pengobatan Barat. Akibatnya, ada beberapa kontroversi di tahun 2019 ketika World Health Organizaition (WHO) memasukkan TCM ke dalam ISD (nternational Statistics Classification of Diseases and Health Problems) untuk pertama kalinya.
Ringkasan ini menjadi dasar dari banyak program kesehatan masyarakat dari pemerintah. Sekarang termasuk klasifikasi untuk atribut TCM seperti defisiensi qi limpa dan stagnansi qi hati.
Dua asosiasi kesehatan Eropa mengeluarkan pernyataan bersama yang memprotes langkah tersebut. Mereka berpendapat bahwa ISD “melegitimasi klaim yang tidak berdasar” tentang kemanjuran TCM.
Namun, TCM terus mendunia. Pada tahun 2015, ahli kimia Tiongkok Tu Youyou memenangkan Hadiah Nobel atas karya temuannya yang menerapkan pendekatan ilmiah modern pada obat-obatan herbal tradisional. Pada tahun 1970-an, dia berhasil mengekstrak zat yang disebut artemisinin (qinghaosu dalam bahasa Cina) dari tanaman apsintus untuk mengembangkan obat baru yang menghambat parasit malaria.
Dengan melakukan itu, ia meneruskan metode penggunaan tanaman yang selama berabad-abad digunakan untuk memerangi penyakit di Cina. Ini pertama kali dicatat sebagai pengobatan malaria selama Dinasti Jin Timur (266 hingga 420 M).
Dalam beberapa tahun terakhir, TCM telah mengumpulkan data uji klinis untuk mendukung klaim kemanjuran, terutama yang berkaitan dengan akupunktur.
Pada 2019, peneliti AS menerbitkan analisis pasien yang dirawat di unit gawat darurat rumah sakit di Wisconsin dengan nyeri akut. Mereka menemukan bahwa pasien-pasien yang memilih terapi akupunktur secara subjektif melaporkan penurunan signifikan pada rasa nyeri, kecemasan, stres, trauma, dan mual dibandingkan dengan mereka yang menerima opioid.
Para kritikus akan mengaitkan ini dengan efek plasebo. Tetapi bahkan jika itu masalahnya, ini tetap menunjukkan bahwa TCM memiliki peran yang karena akupunktur dan pijat medis jelas meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental pasien.
Keduanya adalah perawatan non-invasif. Opioid memiliki efek samping dan menyebabkan kematian, yang menjadi salah satu alasan mengapa akademisi mulai memprioritaskan penelitian klinis agar TCM menjadi pengobatan alternatif.
Praktisi TCM percaya bahwa jarum akupunktur mengarahkan kembali qi ke tempat yang dibutuhkan di dalam tubuh. Dalam terminologi Barat, jarum menstimulasi saraf sensorik yang melepaskan endorfin, yang meredam rasa sakit dan meningkatkan kesejahteraan.
Ada lima cabang dari TCM: akupunktur, makan makanan yin dan yang dengan keseimbangan yang tepat, tui na (kerja tubuh atau pijat), menelan ramuan obat dan tai chi atau qi gong (pernapasan dalam dan relaksasi melalui gerakan mengalir).
Kelimanya mempromosikan harmoni dan memulihkan tubuh ke kondisi keseimbangan alaminya. Dalam cerita rakyat Tiongkok, lembu melambangkan sifat Buddha. Ini adalah sesuatu yang dapat kita lakukan dengan menemukan kembali arah setelah kekacauan tahun 2020.
Sumber : https://www.medix-global.com/ind/content/blog/view/?ContentID=3133.