PROTEKSI JIWA
Protection untuk beragam gaya hidup Anda dan keluarga
{{title}}
{{label}}Oleh: Tim Medix,
Tahun ini menjadi rekor terjadinya infeksi di beberapa bagian di Asia. Tetapi ada optimisme tinggi bahwa tahun 2020 akan menandai titik balik dalam perang melawan penyakit yang ditularkan oleh nyamuk.
Kedengarannya seperti kontradiksi. Singapura sedang berusaha memerangi tahun terburuknya dalam penularan demam berdarah dengan melepaskan jutaan nyamuk ke daerah yang paling terkena dampak di City State.
Nyamuk jantan, yang dibiakkan dan dilepaskan oleh para ilmuwan ke alam liar, seperti kuda Troya yang membawa bakteri yang disebut Wolbachia di dalamnya. Ketika nyamuk jantan kawin dengan nyamuk Aedes aegypti betina yang menularkan virus, bakteri tersebut menghentikan telur untuk menetas, sehingga membinasakan populasi nyamuk.
Seperti itulah teorinya. Singapura memang perlu menemukan langkah tepat, seperti halnya negara Asia lainnya. Demam berdarah kini telah menjadi endemi di wilayah tersebut: awalnya dibawa oleh budak dari Afrika pada abad ke-19 dan diperluas melalui pergerakan pasukan selama Perang Dunia II.
World Health Organisation (WHO) memperkirakan bahwa ada sekitar 100 hingga 400 juta infeksi setiap tahun yang juga menempatkan separuh populasi dunia dalam risiko terpapar penyakit ini. Namun, secara angka jumlahnya sulit dihitung, karena yang menunjukkan gejala hanya 25% dari yang terinfeksi.
Pada akhir September, Singapura melewati ambang yang menyedihkan dengan 30.000 kasus dan 20 kematian sejak awal tahun. Jumlah tersebut hampir dua kali lipat jumlah kasus tahun 2019.
Thailand juga menderita wabah terparah dalam 20 tahun dengan 61,662 kasus hingga Oktober dan 41 kematian. Di negara bagian Asia lainnya, angka terakhir yang dilaporkan menunjukkan bahwa di Indonesia ada lebih dari 70.000 kasus dan 500 kematian (pertengahan Juli), sementara Malaysia 75.804 kasus dan 124 kematian (akhir September) juga Filipina 60.819 kasus dan 236 kematian (akhir Agustus).
Alasan kedua untuk lonjakan itu adalah Covid-19. Ketika orang-orang tinggal di rumah, ruang komersial dan ritel menganggur. Seperti misalnya lokasi konstruksi, yang terkenal sebagai tempat berkembang biaknya nyamuk karena dipenuhi genangan air.
Tahun ini, pandemi membuat genangan air tidak dibersihkan atau disemprot insektisida sesering biasanya. Dan sayangnya, hanya dibutuhkan sepetak air seukuran koin kecil untuk menyediakan rumah yang nyaman bagi Aedes aegypti.
Jentik juga bisa hidup di tempat tinggal manusia, terutama pot tanaman dan tempat sikat toilet yang menggenang air. Semakin banyak orang yang berdiam di rumah yang bisa menjadi target gigitan nyamuk, karena bekerja dari rumah berarti mengganti kemeja lengan panjang dan celana panjang dengan celana pendek dan kaus oblong.
Pemerintah Asia telah mencoba dan menguji metode untuk memerangi demam berdarah, termasuk menyemprot daerah yang terinfeksi dengan insektisida dan pengusir nyamuk. Ini juga mencakup inspeksi, denda, pembersihan air, dan berbagai sosialisasi kesadaran publik yang rutin dilakukan. Tak satu pun dari cara di atas yang mampu menghentikan infeksi menjadi lebih banyak, meskipun langkah-langkah tersebut telah mencegah situasi menjadi lebih buruk daripada yang seharusnya.
Salah satu masalah terbesar adalah kurangnya perawatan khusus bagi mereka yang kurang beruntung dan terinfeksi. Risiko terbesar adalah ketika pasien berpindah dari fase demam penyakit ke shock dengue syndrome, yang menyebabkan perdarahan internal dan berpotensi terjadinya gagal organ. Meski begitu, dokter kini lebih mudah mengenali gejala (sakit perut, pernapasan cepat, gelisah) dan melawannya dengan melindungi pasien dari dehidrasi yang akan membuat mereka berisiko terkena penyakit parah.
Sementara itu, para ilmuwan terus meluncurkan proyek terkait Wolbachia di seluruh wilayah. Salah satu penelitian paling terkenal adalah World Mosquito Program (WMP) dari Monash University Australia.
Para ilmuwan di universitas tersebut secara individual menginfeksi telur Aedes aegypti dengan Wolbachia, yang kemudian bertarung dengan demam berdarah, membuatnya lebih sulit untuk berkembang biak di dalam tubuh serangga. Saat menetas, nyamuk betina tidak membawa virus dan juga mati lebih cepat.
Ilmuwan yakin Wolbachia bisa menjadi peluru ajaib yang akhirnya akan menghentikan demam berdarah. Namun perlu waktu untuk menghilangkan populasi serangga di suatu kawasan.
Sumber : https://www.medix-global.com/ind/content/blog/view/?ContentID=2984