PROTEKSI JIWA
Protection untuk beragam gaya hidup Anda dan keluarga
{{title}}
{{label}}Oleh: Tim Personal Medical Management
Separuh populasi di dunia mengalami menopause, dan kini penelitian medis
terhadap hal tersebut sudah mulai banyak bermunculan, termasuk pada metode perawatannya.
Salah satu konsekuensi yang muncul dari ketidakseimbangan gender dalam penelitian medis adalah kurangnya pemahaman tentang menopause. Hingga kini, masih banyak wanita memasuki masa transisi tersebut dengan sangat sedikit pemahaman tentang apa yang akan terjadi, ataupun hal yang dapat mereka lakukan untuk mengatasinya.
Kurangnya pemahaman juga turut dirasakan oleh orang-orang yang ditugaskan untuk merawat mereka. Bahkan di negara maju sekalipun, pelatihan dalam menangani menopause masih belum wajib bagi dokter perawatan primer, sehingga banyak yang tidak dapat memberikan solusi karena mereka tidak dapat mengenali masalahnya.
Perkembangan data yang muncul kini mulai memperbaiki hal ini. Studi penelitian, yang dimulai pada tahun 1990-an telah memberi gambaran yang lebih jelas terkait manfaat dan risiko dari terapi penggantian hormon (HRT) dan berapa lama terapi ini harus dijalankan.
Wanita saat ini juga relatif lebih percaya diri untuk mendiskusikan menopause secara terbuka, baik di media, ataupun di tempat kerja mereka. Bahkan, di beberapa perusahaan multinasional, mereka telah mengadakan lokakarya menopause untuk meningkatkan kesadaran bagi karyawan perempuan.
Namun, pada level individu, pilihan perawatannya dapat menjadi membingungkan. Pada setiap wanita, terdapat banyak perbedaan gejala yang berkonsekuensi dengan dosis terapi penggantian hormon yang berbeda juga.
Jadi apa yang harus kita lakukan? Pertama, kita dapat memulai dengan memahami apa sebenarnya menopause itu.
Transisi menuju menopause dimulai dari fase yang disebut perimenopause, yang dapat berlangsung hingga satu dekade. Biasanya ini dimulai ketika seorang wanita menginjak usia 40 tahun.
Salah satu konsekuensi dari perubahan ini adalah kencendrungan wanita merasa seperti tidak lagi menjadi diri mereka sendiri. Selain itu, banyak gejela lain yang bermunculan seperti meningkatnya rasa cemas atau mengalami brain fog (sering merasa blank dan hilang fokus).
Salah satu contohnya adalah efek menopause dalam mempengaruhi wanita di tempat kerja. Firma riset global Frost & Sullivan memperkirakan kerugian produktivitas global terkait menopause ditaksir mencapai sebesar US$150 miliar per tahun.
Menopause sendiri secara resmi dimulai satu tahun setelah menstruasi wanita berhenti. Usia rata-rata wanita mengalami menopause adalah 51 tahun.
Berkat studi SWAN AS (Studi Kesehatan Wanita di US), yang mulai meneliti pada tahun 1996, kini memiliki pemahaman yang jauh lebih baik tentang perubahan fisiologis mana yang terkait dengan menopause dan mana yang disebabkan oleh penuaan umum.
Berdasarkan studi ini ditemukan bahwa menopause memiliki dampak terhadap kardiovaskular (lipid, renovasi pembuluh darah, penumpukan lemak tubuh) dan muskuloskeletal (kepadatan tulang). Sebaliknya, peningkatan tekanan darah dan BMI, lebih terkait pada faktor penuaan.
Demikian juga, penurunan fungsi kognitif dan fungsi seksual ternyata lebih didorong oleh faktor menopause. Sedangkan kecemasan dan depresi biasanya bersifat sementara dan seringkali merupakan hasil dari peristiwa kehidupan ataupun tekanan yang pernah dirasakan di masa lalu.
Selain itu, terdapat dampak sistemik menopause terkait dengan penurunan dua hormon seks wanita – estrogen dan progesteron. Biasanya kedua hal ini diasosiasikan dengan ovarium.
Namun, wanita memiliki reseptor estrogen di seluruh tubuh mereka dan tingkat penurunan memiliki dampak yang sesuai pada organ-organ seperti otak (kehilangan memori), jantung (penebalan pembuluh darah), tulang (kepadatan lebih rendah) dan sendi (fleksibilitas yang lebih rendah).
Oleh karena itu, tidak heran bahwa banyak wanita tertarik untuk menemukan solusi, yang dapat menghentikan, atau membalikkan perubahan yang merugikan ini, baik untuk sementara atau selamanya di sisa hidup mereka.
Namun, terapi HRT mengalami penurunan popularitas yang cepat setelah Women's Health Institute (WHI) menerbitkan penelitian yang menghubungkan HRT dengan peningkatan risiko kanker payudara, stroke, penyakit jantung, dan pembekuan darah.
Sejak itu, penelitian lanjutan WHI dan penelitian lain telah memberikan lebih banyak kepastian. Salah satu yang pertama melakukannya adalah studi besar Prancis, E3N, yang diterbitkan pada tahun 2008. Setelah mempelajari wanita sejak 1990, tidak ditemukan peningkatan risiko kanker payudara jika mengkonsumsi mikronisasi progesteron ataupun estrogen oral dan transdermal.
Faktor pembeda risiko tersebut adalah dengan mengganti hormon sintetis seperti progestin dengan hormone alami, yang secara kimiawi dan struktural identik dengan hormon manusia (hormon bioidentical). Mikronisasi progesteron, misalnya, disintesis dari bahan kimia tanaman yang disebut diosgenin yang ditemukan pada ubi liar. Tanaman yang sama digunakan untuk membuat 17 beta-estradiol: pengganti estrogen yang berasal dari urin kuda.
Jenis pengganti estrogen yang lebih baru juga diresepkan dalam formulasi patch, gel dan krim daripada sebagai pil. Penyerapan hormon melalui kulit menetralkan risiko stroke dan pembekuan darah.
Memang, penelitian menunjukkan bahwa jika seorang wanita memulai HRT sebelum usia 60, atau dalam waktu 10 tahun setelah menopause, dapat mengurangi risiko penyakit kardiovaskular dan osteoporosis.
Akademisi AS Roberta Diaz Brinton dan Lisa Mosconi juga berada di garda depan penelitian yang menganjurkan wanita untuk mempertimbangkan menggunakan HRT selama perimenopause untuk mencegah penurunan fungsi otak yang terjadi selama masa transisi. Mereka percaya bahwa kekurangan estrogen adalah salah satu alasan utama mengapa begitu banyak wanita didiagnosis mengalami demensia setelah dua dekade mereka memasuki menopause.
Salah satu perdebatan terbesar saat ini adalah pengobatan menopause yang berhubungan dengan formulasi krim estrogen dan progesteron yang dipersonalisasi dan diformulasikan oleh apoteker spesialis.
Beberapa klinik menopause menggunakan hormon bioidentical majemuk sebagai resep hormon pada tingkat yang lebih rendah, berdasarkan hormon dan profil risiko dari setiap wanita. Tingkat ini dipastikan melalui tes darah untuk menentukan hormon yang beredar dan tes urin untuk menganalisa bagaimana estrogen dimetabolisme oleh hati.
Yang terakhir yakni dapat membantu menentukan risiko kanker. Hal ini dikarenakan organ hati mengubah estrogen menjadi apa yang dikenal sebagai fase 1 metabolit melalui tiga jalur – 2-OH-E1, 4-OH-E1 dan 16-OH-E1. Jalur 2-OH-E1 berpotensi melindungi terhadap kanker, sedangkan dua lainnya tidak.
Profiling memungkinkan dokter untuk memastikan rasio antara ketiganya dalam setiap kasus individu.
Namun, penggunaan hormon bioidentical majemuk telah dikritik karena belum disetujui oleh badan regulator nasional dan belum melalui pengujian yang cukup.
Akibatnya wanita yang menggunakan HRT dan hormon bioidentical yang sangat majemuk disarankan untuk mendapatkan pemindaian pada bagian panggul setiap beberapa tahun sekali untuk memantau ketebalan lapisan rahim mereka. Selain itu, mereka direkomendasikan untuk turut melakukan mammogram secara reguler dan tes darah untuk mengevaluasi kadar hormon yang sedang berlangsung.
Selama beberapa tahun terakhir, hormon testosteron juga turut banyak dibahas. Walaupun hormon ini biasanya dikaitkan dengan pria, namun testosteron juga dapat mempengaruhi energi dan suasana hati wanita. Kini, testosterone semakin banyak diresepkan bersama dengan estrogen dan progesteron.
Australia telah memimpin dalam lisensi krim testosteron yang diformulasikan khusus untuk wanita setelah studi 2019 dari Monash University yang menunjukkan manfaat bagi wanita pasca-menopause.
Apa yang ditunjukkan oleh penelitian terbaru dan kampanye dari berbagai media menunjukkan seberapa cepat pemahaman kita terkait menopause. Pilihan wanita berkembang setiap saat.
Namun, tidak semua orang cocok untuk menjalani HRT, atau mungkin tidak mau mengambilnya, terutama jika mereka memiliki riwayat kanker payudara dalam keluarga dekat mereka. Tetapi bagi mereka yang melakukannya, penelitian menunjukkan bahwa mungkin ada manfaat jangka panjang setelah memperhitungkan rasio manfaat dan risiko dari tiap individu.
Sumber : https://bit.ly/3hifpwN