PROTEKSI JIWA
Protection untuk beragam gaya hidup Anda dan keluarga
{{title}}
{{label}}Oleh: Tim Medix, 16/04/2020
Berapa lama COVID-19 bertahan di permukaan: 3 atau 17 hari? Apakah Ibuprofen meningkatkan gejala virus atau tidak? Dengan begitu cepatnya arus informasi tentang COVID-19, organisasi kesehatan terpenting di dunia pun berjuang untuk memberikan informasi yang tepat.
Dalam hitungan bulan, COVID-19 telah menyebar ke seluruh dunia, den memberikan dampak signifikan pada kehidupan kita. Pada saat lebih dari seperempat populasi dunia melakukan lockdown dan ratusan ribu telah dinyatakan positif COVID-19, semua orang mencari informasi yang jelas mengenai banyak pertanyaan: bagaimana menangani virus ini? Bagaimana seseorang dapat mengurangi kemungkinan terinfeksi? Kapan krisis ini akan berakhir? Akan seperti apa kehidupan kita di masa depan? Dan banyak pertanyaan lainnya. Media sosial dibanjiri dengan informasi, para pakar yang berbeda memberikan wawancara dan komentar untuk setiap berita baru dan organisasi kesehatan terkemuka dunia terus-menerus merilis informasi dan berbagai hasil penelitian.
Banyak dari kita sudah tahu bagaimana cara membedakan antara berita palsu yang kita dapatkan di WhatsApp dan juga membedakan website mana yang dipertanyakan kredibilitasnya dari sumber informasi tepercaya. Namun sejak wabah COVID-19 dimulai, tampaknya semakin sulit untuk mengetahui apa yang benar dan apa yang salah. Bahkan sumber yang paling tepercaya dan andal - seperti Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), dan lembaga resmi lainnya - setiap hari menerbitkan informasi yang bisa bertentangan dengan pengumuman sebelumnya atau pernyataan resmi lainnya. Masalahnya berakar pada kenyataan bahwa ini adalah virus baru dan informasi mengenainya terus berkembang.
Ini adalah mengapa, misalnya, pada pertengahan Maret, media di seluruh dunia menerbitkan pernyataan WHO yang merekomendasikan untuk menghindari penggunaan Ibuprofen, yang diklaim dapat memperburuk gejala COVID-19. "Hal ini masih dalam pemeriksaan, dan sementara itu kami merekomendasikan penggunaan Paracetamol," juru bicara WHO, Christian Lindmeier mengatakan kepada wartawan. Jutaan orang di seluruh dunia memercayai dan mengikuti rekomendasi ini, hanya untuk mengetahui sehari kemudian bahwa WHO telah menyatakan bahwa pada dasarnya tidak ada alasan yang terbukti bagi pasien COVID-19 untuk berhenti menggunakan Ibuprofen. Ternyata pernyataan sebelumnya dari juru bicara itu didasarkan pada studi yang hanya menyarankan hipotesis dan tidak didukung oleh bukti ilmiah yang konkret. "WHO tidak mengetahui informasi klinis atau data berbasis populasi tentang masalah ini," ungkap WHO di Twitter kemudian, berubah dari pengumuman sebelumnya.
Contoh lain dari perubahan informasi adalah mengenai kemampuan virus untuk bertahan hidup di permukaan. Pada tahap awal wabah, lembaga resmi di seluruh dunia mengumumkan bahwa virus corona bertahan hingga empat jam pada permukaan tembaga, sekitar 24 jam pada permukaan kardus dan sekitar 72 jam pada permukaan plastik dan baja stainless. Informasi ini didasarkan pada penelitian yang telah diterima secara luas oleh komunitas ilmiah dan disebut sebagai data resmi. Namun, sebuah studi oleh CDC yang diterbitkan pada tanggal 26 Maret, berdasarkan informasi yang dikumpulkan dan
dianalisis dari kapal pesiar Diamond Princess, mengungkapkan bahwa virus corona bertahan di kamar-kamar kapal dan di permukaan bahkan 17 hari setelah semua penumpang turun. Perbedaan antara hasil mungkin disebabkan oleh kesenjangan yang ada antara percobaan yang terjadi di bawah kondisi laboratorium yang ketat dan lingkungan nyata. Studi yang dilakukan dalam laboratorium berlangsung di kondisi di mana suhu dan kelembaban lingkungan terkendali, sedangkan di keseharian, virus dapat menemukan kondisi yang lebih optimal untuk bertahan hidup. Bagaimanapun, kita kembali dihadapkan dengan data "resmi" yang ternyata tidak selalu tepat.
Pernyataan resmi lain yang banyak diperdebatkan adalah mengenai masa inkubasi virus. WHO menyatakan bahwa masa inkubasi maksimum adalah 14 hari, penelitian terbaru juga menemukan masa inkubasi 15,6 hari, sementara pemerintah Cina memberitakan mengenai suatu kasus di mana seorang pasien mungkin mengalami masa inkubasi 27 hari.
Selain informasi resmi yang terus berkembang, ada beberapa topik di mana kita belum memiliki informasi yang cukup. Misalnya, tidak ada organisasi kesehatan di dunia yang bisa menjawab pertanyaan seperti: apakah seseorang yang sudah pulih dari virus corona dapat terinfeksi lagi? Kapan vaksin akan tersedia? Apakah obat antivirus efektif melawan penyakit ini? Dan banyak lainnya. Jadi, siapa yang bisa Anda percayai dan bagaimana Anda tahu informasi mana yang dapat diandalkan? Sayangnya, jawaban untuk pertanyaan ini juga tidak pasti. Ribuan ilmuwan, peneliti, dan profesional medis di seluruh dunia saat ini bekerja sepanjang waktu untuk menyediakan sebanyak mungkin informasi tentang virus corona untuk membantu dunia menghadapi pandemi ini.
Saran kami adalah untuk mengikuti informasi dari badan medis resmi negara Anda dan juga agen global seperti CDC dan WHO sambil tetap memperhatikan perkembangan informasi yang dipublikasikan secara berkala oleh organisasi-organisasi ini. Kita harus sadar bahwa rekomendasi hari ini dapat berubah besok, dan kita harus siap untuk menghadapi perubahan secara real-time. Seluruh dunia mengalami hal ini bersama dan sebagai komunitas global kita harus selalu berbagi pengetahuan untuk menghadapi COVID-19.
Sumber : https://www.medix-global.com/ind/content/blog/view/?ContentID=2391