PROTEKSI JIWA
Protection untuk beragam gaya hidup Anda dan keluarga
{{title}}
{{label}}Oleh: Tim Personal Medical Management
Kapan reaksi normal terhadap peristiwa penuh tekanan menjadi situasi yang membutuhkan bantuan profesional? Apa yang dapat kita lakukan ketika hal tersebut terjadi?
Kini, jumlah depresi jika diibaratkan sebagai sebuah negara akan menempati peringkat keempat terbesar di dunia, sejalan dengan populasi negara Indonesia, dan hampir mendekati AS.
Jumlah ini didasari pada perkiraan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang menyentuh sekitar 280 juta penderita di seluruh dunia. Banyak dari mereka tinggal di negara berkembang dan tidak menerima perawatan sama sekali. Sekitar 15% yang tidak mendapatkan perawatan, berpotensi kehilangan nyawa.
Apabila kita atau seseorang yang kita kenal mengalami depresi, mencari bantuan profesional adalah langkah pertama yang tepat. Tetapi, bagaimana cara membedakan antara ‘kesedihan sehari-hari’ dan kondisi yang harus mendapatkan diagnosis lebih lanjut?
Pertama, terdapat faktor unik yang dapat mempengaruhi orang-orang tertentu mengalami depresi, diantaranya seperti: disfungsional masa kanak-kanak, genetika (misalnya produksi serotonin yang lebih rendah) dan dysbiosis mikrobioma (ketidakseimbangan bakteri usus).
Namun, di luar faktor tersebut, sebagian besar dari kita pernah dihadapkan pada pengalaman hidup yang penuh tekanan, seperti berkabung dan kehilangan seseorang. Keduanya diketahui dapat memicu depresi. Jadi, bagaimana cara tepat untuk mengetahui apakah kita menunjukkan reaksi normal terhadap sebuah peristiwa atau itu telah berubah menjadi sebuah depresi?
Jawaban singkatnya adalah sangat rumit karena interpretasi masih bergantung pada pendapat subjektif masing-masing dokter. Di satu sisi, praktisi medis memiliki definisi klinis depresi yang tepat, yang mereka rujuk dalam mengevaluasi pasien.
Tetapi, untuk menentukan diagnosis yang objektif sebenarnya cukup sulit karena tidak adanya biomarker objektif, seperti tes darah ataupun tes infeksi bakteri dan virus.
Mendefinisikan depresi
Definisi klinis terhadap depresi dicirikan setidaknya ketika seseorang selama dua minggu berturut-turut mengalami suasana hati yang buruk dan hilangnya minat pada kegiatan sehari-hari, seperti menarik diri di kedidupan sosial.
Berikut beberapa gejala utama yang harus diwaspadai:
Kabar baiknya, kini terdapat investasi yang mengalir ke perusahaan teknologi, yang tidak hanya mencoba untuk membuat biomarker digital untuk mendiagnosis depresi, tetapi juga memantau perubahan gejala secara berkelanjutan. Keduanya diharapkan dapat menganalisa depresi lebih baik dan mampu mengetahui bagaimana setiap dari mereka merespons pengobatan, terapi, atau perubahan gaya hidup.
Biomarker berbasis teknologi yang sedang diuji coba meliputi variabilitas detak jantung, perubahan ekspresi mikro di sekitar mata, pola distribusi darah di hingga komposisi kotoran telinga.
Pada tahun 2020, para ilmuwan dari UCL dan Kings College London mengembangkan perangkat di rumah untuk mengukur kadar kortisol dalam kotoran telinga. Hormon kortisol sering meningkat pada orang yang menderita depresi, tetapi dapat berfluktuasi dengan cepat, membuat sampel darah dan air liur menjadi alat diagnostik yang kurang tepat. Kortisol pada kotoran telinga lebih stabil.
Mengatasi depresi
Jika Anda atau orang yang Anda cintai telah didiagnosis menderita depresi, apa yang dapat Anda lakukan untuk mengatasinya atau membantu mereka menjadi lebih baik? Dokter sering meresepkan antidepresan sebagai pengobatan lini pertama.
Selalu ada banyak perdebatan ketika seseorang menerima obat-obatan berarti bahwa depresi telah diobati. Namun, yang dilakukan antidepresan sebenarnya adalah memberikan dorongan kimiawi kepada penderita sehingga mereka merasa lebih mampu melakukan perubahan lain untuk mengatasi kondisi tersebut.
Oleh karena itu, antidepresan sering diresepkan dengan kombinasi terapi emosional. Berikut adalah beberapa pilihan non-farmasi terkemuka untuk mengatasi depresi.
Diet
Mengkonsumsi makanan yang seimbang dan memiliki kandungan anti-inflamasi memiliki banyak manfaat kesehatan. Salah satunya termasuk kemampuan dalam menangkal, atau mengatasi depresi.
Pada musim panas 2022, misalnya, analisis terhadap 36.0000 peserta Biobank Inggris menemukan hubungan antara gangguan depresi (hanya di bawah sepertiga dari total) dan tingginya tingkat protein C-reaktif penanda inflamasi (CRP). Para peneliti mengatakan bahwa peradangan tingkat rendah dapat berdampak pada bagian otak seperti korteks cingulated, yang memproses emosi.
Makanan anti-inflamasi mencakup banyak jenis. Antara lain seperti buah segar (terutama buah beri), sayuran, biji-bijian dan kacang-kacangan, ikan berminyak serta minyak zaitun.
Olahraga
Kita semua tahu bahwa olahraga dapat meningkatkan suasana hati. Sains modern telah memberi kita pemahaman yang semakin dalam tentang perubahan kimia, yang mendukung hal ini.
Studi menunjukkan bahwa setengah jam aktivitas fisik memiliki dampak yang menguntungkan. Aktivitas ini dapat melepaskan hormon stres adrenalin dan meningkatkan sejumlah hormon perasaan-baik seperti serotonin dan dopamin.
Penelitian terbaru juga menunjukkan bahwa olahraga meningkatkan hormon glutamat, yang dikaitkan dengan plastisitas otak. Studi lain telah melihat dampak olahraga pada endocannabinoids, neurotransmiter yang membantu mengatur sistem saraf pusat.
Mindfulness
Ada berbagai teknik, yang dapat membantu mengangkat suasana hati, salah satunya dengan mendalami sikap mindfulness di saat ini dan melihat sekeliling tanpa rasa menghakimi. Ini meliputi latihan pernapasan dan fokus pada bagian-bagian tubuh kita.
Dengan menerapkan mindfulness akan membantu kita mematahkan pola pikir negatif dan mendorong rasa tenang.
Meningkatkan Aktivitas Sosial
Salah satu prediktor depresi berasal dari rasa kesepian dan isolasi sosial. Hal ini, membuat sebagian dokter meresepkan kegiatan sosial dan komunal untuk membantu penderita memiliki kegiatan sosial.
Ini tidak melibatkan penderita berbicara dengan teman dan keluarga tetapi menawarkan interaksi kelompok terstruktur untuk dukungan praktis dan emosional. Misalnya di Inggris, National Health Service (NHS) memiliki tujuan untuk merujuk satu juta pasien untuk intervensi sosial pada tahun 2024.
Satu kelompok yang terdiri dari anak-anak berusia 11 hingga 18 tahun saat ini ditawari kelas selancar, sepatu roda, dan berkebun oleh dokter umum mereka. Ekoterapi, atau merangkul kegiatan luar ruangan di alam seperti berkebun atau berjalan melalui kayu juga semakin populer.
Terapi berbicara
Ada banyak jenis terapi. Tetapi dua pilihan paling populer untuk orang yang menderita depresi ringan hingga sedang adalah terapi perilaku kognitif (CBT) dan terapi interpersonal (IPT). Biasanya. keduanya melibatkan sekitar 12 sesi atau lebih.
CBT: Ini adalah teknik yang dipelopori oleh psikiater Amerika, Aaron Beck pada tahun 1960-an. Alih-alih menggali ingatan masa kecil, ia percaya bahwa penderita dapat menyelesaikan masalah mereka dengan mengatasi pola pikir yang terdistorsi yang menyebabkan masalah bagi mereka di masa sekarang.
Terapi ini melibatkan belajar untuk memutus siklus berpikir negatif dengan menjadi sadar akan pola, menantang dan kemudian menggantinya dalam langkah-langkah bertahap.
IPT: Bentuk terapi berbicara ini membantu mengidentifikasi dan mengatasi masalah dengan keluarga, teman, kolega, dan masyarakat luas. Ini memungkinkan penderita untuk memahami bagaimana hubungan mempengaruhi mereka dan bagaimana kesulitan mereka dapat mempengaruhi hubungan mereka dengan orang lain.
Sumber : https://bit.ly/3XiUusM