PROTEKSI JIWA
Protection untuk beragam gaya hidup Anda dan keluarga
{{title}}
{{label}}Oleh: Tim Personal Medical Management
Beberapa mikroorganisme terkecil di dunia sedang dikerahkan untuk menjadi pasukan yang kuat dalam mengalahkan salah satu musuh terbesar manusia, yakni resistensi antimikroba.
Ketika melihat Bakteriofag (fag) di bawah mikroskop, Anda akan melihat sesuatu yang sangat mirip dengan salah satu tokoh alien dari novel klasik HG Wells "The War of the Worlds." Ada kepala, yang terdiri dari DNA yang ditutupi oleh mantel protein dan tentakel, yang menyuntikkan DNA fag ke mangsanya sebelum bereplikasi dan kemudian membunuh inang (bakteri).
Fag adalah jenis virus dan berjumlah sangat banyak (Terdapat lebih banyak fag di Bumi dibandingkan bintang di alam semesta). Mereka juga berukuran sangat kecil, sekitar 24 hingga 28 nanometer, ratusan kali lebih tipis dibandingkan dengan rambut manusia.
Selama beberapa tahun terakhir, mereka telah menjadi sorotan sebagai senjata potensial untuk membunuh bakteri berbahaya. Selama 70 tahun terakhir, dunia telah mengandalkan antibiotik untuk menyembuhkan berbagai jenis infeksi bakteri yang secara teratur membunuh nenek moyang kita.
Namun, penggunaan antibiotik berlebih telah menyebabkan beberapa bakteri berevolusi dan menjadi resisten. Kini yang paling berbahaya disebut sebagai Eskape, setelah enam strain yang sangat berbahaya: Enterococcus faecium, Staphylococcus aureus, Klebsiella pneumoniae, Acinetobacter baumannii, Pseudomonas aeruginosa, dan spesies Enterobacter.
Seperti yang disebutkan oleh PBB pada tahun 2019: "Jika kita tidak segera bertindak, resistensi antimikroba akan memiliki dampak bencana dalam satu generasi".
Potensi penggunaan fag telah diketahui selama lebih dari satu abad. Ketika Alexander Fleming dengan cepat menjadi salah satu ilmuwan paling terkenal setelah menemukan penisilin di tahun 1929, hal yang sama sangat mungkin terjadi oleh penemu pertama penggunaan fag.
Pada tahun 1919, ahli mikrobiologi Prancis-Kanada Felix d'Herelle berhasil menyembuhkan seorang anak laki-laki berusia 12 tahun yang mengidap penyakit disentri menggunakan terapi. Namun, di sebagian besar dunia, pengobatan ini kurang berkembang karena penggunaan antibiotik cenderung lebih tinggi.
Hal ini disebabkan oleh sejumlah rintangan yang harus diatasi sebelum fag dapat benar-benar dikomersialkan. Pertama, diperlukan waktu untuk mengidentifikasi bakteri yang menjadi penyebab masalah dan ini membutuhkan waktu yang intensif serta membutuhkan biaya yang mahal dibandingkan dengan meresepkan pil. Kedua, fag dan bakteri berada dalam "perlombaan senjata" evolusioner yang konstan antara satu sama lain: yang satu berusaha membunuh, dan yang lain bertahan untuk hidup.
Namun, ketika kecocokan yang benar berhasil dibuat, maka fag akan sangat efektif dalam membunuh bakteri berbahaya tanpa membahayakan bakteri menguntungkan lain yang hidup di dalam tubuh kita.
Antibiotik justru memiliki efek sebaliknya. Mereka bertindak sangat cepat, tetapi mengambil pendekatan scattergun, membunuh bakteri secara keseluruhan, baik yang berbahaya maupun yang menguntungkan. Mereka juga tidak terlalu efektif pada kondisi medis tertentu seperti infeksi tulang dan sendi karena jauh lebih sulit bagi obat untuk menembus tulang.
Di Medix, baru-baru ini kami memiliki beberapa kasus kompleks yang melibatkan berbagai jenis infeksi yang mengancam jiwa. Dalam kedua kasus, pasien merespons dengan baik terhadap pengobatan.
Ini merupakan penemuan awal. Namun, hanya ada segelintir pusat di seluruh dunia yang memiliki keahlian relevan. Sejumlah ahli terdapat di negara-negara bekas Uni Soviet, yang memiliki lebih sedikit akses antibiotik yang dikembangkan oleh negara-negara Barat selama Perang Dingin beberapa dekade setelah Perang Dunia 2.
Para ilmuwan kini tengah menguji coba sejumlah teknik untuk membuat pengobatan yang lebih efektif. Ini termasuk: fagogram untuk mempercepat proses identifikasi; Fag cocktails, yang meningkatkan peluang dengan memperkenalkan beberapa fag sekaligus dan; Gene editing untuk membantu selangkah lebih maju dari bakteri yang bermutasi.
Fag dan antiobiotik dapat digunakan bersama-sama untuk meningkatkan peluang keberhasilan secara keseluruhan. Misalnya, dapat membantu memecah biofilm, yang diproduksi bakteri untuk melindungi diri mereka sendiri, memungkinkan antibiotik untuk melewatinya.
Selama beberapa tahun terakhir, sejumlah perusahaan biotek telah meluncurkan uji klinis dan dunia medis berharap bahwa perawatan pertama yang benar-benar luas akan tiba dalam dekade berikutnya. Inilah beberapa di antaranya:
Phico Therapeutics: perusahaan Inggris telah melakukan uji pra-klinis untuk teknologi antibakteri yang disebut SASPject, yang menargetkan pseudomonas aeruginosa. Fag dimodifikasi secara genetik dengan gen khusus lalu disuntikkan ke dalam bakteri, mengkodekannya untuk menghasilkan protein spora kecil yang larut dalam asam (SASP) sehingga menonaktifkan bakteri sebelum sempat bermutasi.
Rumah Sakit Militer Queen Astrid: Rumah sakit Belgia menjadi berita utama di awal tahun ketika mereka menggunakan terapi pada seorang wanita yang terluka selama serangan teroris 2016 di Brussels. Dia telah mengembangkan infeksi terkait fraktur yang tidak lagi merespons antibiotik. Dokter menghubungi Georgia's Eliava Institute, yang mampu mencocokkan bakterinya dengan Fag dari bank perpustakaan mereka sendiri. Para peneliti meningkatkan peluang keberhasilan Fag dengan menumbuhkannya bersama bakteri secara terus-menerus sambil mengambil virus yang membunuh bakteri paling banyak dan menggunakannya untuk menciptakan generasi baru yang dapat mengungguli mutasi bakteri.
BiomX: Biotek Israel telah menyelesaikan uji klinis Fase 1 yang mempelajari dua koktail, masing-masing dengan lima fag terhadap Klebsiella pneumoniae, yang lazim terjadi pada sejumlah gangguan pencernaan termasuk IBD (penyakit radang usus), Crohns dan kolitis ulserativa.
Pherecydes Pharma: Perusahaan Biotek asal Prancis ini, kini sedang melakukan uji klinis fase I / II untuk prosedur bedah yang disebut PhagoDAIR (debridemen, antiobiotik, implan, retensi). Ini menargetkan infeksi Staphylococcus aureus pada sendi lutut atau pinggul.