PROTEKSI JIWA
Protection untuk beragam gaya hidup Anda dan keluarga
{{title}}
{{label}}Oleh: Tim Personal Medical Management
Hingga kini, permintaan terhadap obat terapeutik yang dapat memerangi osteoatritis masih sangat tinggi. Sudah sampai mana kah kemajuan uji klinis kita? Apa saja yang dapat dilakukan oleh orang yang telah mengidap Osteoatritis untuk mengelola penyakitnya?
Kini, masyarakat diseluruh dunia menjadi semakin tua dan gemuk. Kedua faktor tersebut menyebabkan banyak orang menjadi semakin ‘rapuh’.
Pada tahun 2020, Lancet memperkirakan terdapat 500 juta orang di seluruh dunia yang telah menderita osteoatritis. Jumlahnya juga terus meningkat secara pesat.
Konsekuensi dari nyeri dan kaku sendi dapat mempengaruhi hampir setiap aspek kehidupan. Tentunya ini akan berdampak besar pada pribadi, ekonomi dan sosial seseorang.
Namun menurut Lancet, osteoatritis umumnya kerap diabaikan oleh bidang medis. Pasien juga sering merasa bahwa dokter meremehkan kekhawatiran mereka, dengan menyatakan bahwa gejala yang mereka alami merupakan tanda penuaan yang tidak terhindarkan.
Mengetahui hal ini, Lancet merespons dengan membentuk sebuah badan komisi dan memberikan tugas selama dua tahun untuk mengidentifikasi prioritas dan kesenjangan dalam penyebab penyakit ini dan cara mengobatinya.
Saat ini, penyakit Osteoatritis tidak ada obatnya; meskipun terdapat sejumlah pendekatan yang dapat memperlambat penyakit dan dalam beberapa kasus, membantu perbaikan secara bertahap.
Osteoatritis adalah penyakit, yang mempengaruhi persendian khususnya pada tulang rawan, yang melindungi tulang. Trauma, penyakit, dan usia menjadi salah satu faktor utama yang dapat menurunkan ketebalan tulang rawan pelindung sendi sehingga tulang sendi akhirnya saling bergesekan. Gesekan ini kemudian akan menyebabkan peradangan, dan mengakibatkan rasa sakit dan rasa kaku.
Penyakit ini sangat berbeda dengan rematoid artristis, yang merupakan kondisi autoimun yang mempengaruhi seluruh tubuh.
Pada artikel ini, Medix akan menguraikan langkah-langkah yang dapat membantu penderitanya untuk mengurangi dampaknya.
1. Latihan
Latihan fisik hampir selalu disarankan oleh para ahli sebagai perlindungan pertama. Ini mungkin tampak berlawanan dengan intuisi kita mengingat bahwa osteoatritis dikaitkan dengan keausan terkait usia.
Namun, olahraga seperti berenang dan bersepeda, yang tidak memberikan tekanan berlebihan pada lutut rematik, akan memperkuat otot-otot di sekitar sendi kita yang kemudian akan bertindak seperti shocks absorbers.
Selain itu, penurunan berat badan juga membantu mengurangi Osteoatritis.
2. Pembedahan
Penggantian lutut secara penuh merupakan pilihan yang paling invasif. Tetapi ini biasanya hanya ditawarkan kepada penderita Osteoatritis stadium lanjut.
Pilihan kedua adalah prosedur yang disebut sebagai fraktur mikro. Ini merupakan tindakan pengeboran ke dalam tulang rawan sehingga membentuk lubang kecil. Tindakan ini dapat mendorong pertumbuhan jaringan baru, meskipun hasil akhirnya akan lebih seperti jaringan parut daripada tulang rawan alami, sehingga tidak memiliki elastisitas sebaik yang alami.
Namun, pada tahun 2020 para peneliti di Stanford University di AS mengumumkan bahwa mereka telah menemukan cara untuk meregenerasi tulang rawan alami.
Mereka melakukan tindakan ini melalui penggunaan protein bone morphogenetic 2 (BMP2) yang dapat mendorong sel induk kerangka untuk mulai membentuk tulang baru. Mereka kemudian menghentikan proses di pertengahan tahap tulang rawan dengan memblokir molekul penting dalam pembentukan tulang yang disebut faktor pertumbuhan endotel vaskular (VEGF).
Setelah konsep ini terbukti berhasil pada tikus, saat ini para ahli melakukan pengujian pada hewan yang lebih besar.
3. Terapi obat
Saat ini tidak ada obat osteoatritis pemodifikasi penyakit (DMOADs) yang disetujui meskipun kebutuhannya sangat besar.
Sebaliknya penderita umumnya ditawarkan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), atau kortikosteroid untuk memodifikasi rasa sakit. Suntikan asam hialuronat juga populer sebagai sarana untuk melumasi sendi yang terdampak.
Namun, ada tanda-tanda perubahan, dengan sejumlah DMOADs yang sekarang sudah berada pada tahap lanjut uji klinis. Untuk memenuhi ambang batas Food & Drug Administration (FDA), mereka perlu menunjukkan bahwa mereka memperlambat penyempitan ruang sendi dan memberikan pereda nyeri simptomatik.
Salah satu kandidat yang paling menjanjikan adalah sprifermin, suatu bentuk rekombinan dari faktor pertumbuhan fibroblas manusia 18, yang berperan penting dalam merangsang pertumbuhan sel untuk membentuk jaringan ikat.
Tahun lalu, Merck selaku produsen pengembangan obat, telah menerbitkan data lima tahun setelah selesainya tiga uji klinis. Peserta yang telah menerima obat dibandingkan dengan plasebo masih menunjukkan peningkatan tulang rawan yang signifikan tiga setengah tahun setelah mereka menyelesaikan pengobatan selama 18 bulan (diberikan melalui suntikan setiap enam bulan).
Januari ini, perusahaan tersebut melisensikan obat ini ke perusahaan teknologi farmasi TrialSpark, yang berharap dapat membantu mempercepat proses komersialisasi.
Pada Juni 2021, biotek AS Biosplice Therapeutics juga meluncurkan uji klinis fase III untuk obat yang disebut sebagai lorecivivint. Ini adalah inhibitor kinase molekul kecil yang dapat mengatur sinyal protein Wnt dan berperan penting dalam perkembangan, pertumbuhan dan regulasi sendi.
Hasil uji coba fase IIb menunjukkan terdapat peningkatan yang signifikan secara statistik untuk mengurangi nyeri dan meningkatkan fungsi lutut dibandingkan dengan kelompok plasebo.
4. Terapi Nutrisi
Makan diet anti-inflamasi dapat memainkan peran penting dalam banyak aspek kesehatan.
Dalam kaitannya dengan osteoatritis, senyawa bio- yang tersedia dalam makanan tertentu dapat menghambat pelepasan enzim yang membantu mendegradasi tulang rawan, ditambah sitokin (protein kecil yang memicu peradangan) dan molekul sinyal yang mendorong pelepasan sitokin seperti tumor necrosis factor-a (TNF). -a), interleukin-1 dan -8 (IL-1, IL-8) dan nitrit oksida sintase.
Salah satu cara terbaik untuk mengonsumsi makanan anti-inflamasi adalah dengan meningkatkan asupan lemak sehat (asam lemak tak jenuh tunggal dan tak jenuh ganda).
Sumber yang baik adalah jenis ikan berlemak seperti salmon dan minyak biji rami, yang tinggi asam alfa-linoleat (ALA), asam lemak omega-3 esensial yang membantu membangun sel-sel sehat.
Teh hijau juga terkenal dengan sifat anti-inflamasinya karena memiliki jenis polifenol (mikronutrien) tingkat tinggi yang disebut katekin dan terutama epigallocatechin-3-gallate. Ini telah terbukti membantu mengendalikan peradangan dan memperbaiki tulang rawan dengan menghambat penghambatan IL-1 dan TNF-a.
Pada Desember 2021, peneliti dari Washington State University di AS juga menemukan bahwa asam galat (antioksidan dalam teh hijau) dapat meningkatkan produksi protein yang diinginkan yang ditemukan dalam tulang rawan sehat selama studi eksperimental.
Ramuan dan rempah-rempah Ayurveda tertentu juga telah dipelajari secara ekstensif untuk manfaat anti-inflamasinya. Dua yang paling bermanfaat adalah:
Curcumin – senyawa bioaktif dalam rempah-rempah kunyit. Ini juga merupakan polifenol, yang dapat meredam molekul inflamasi yang disebut sebagai leukotrien dan COX-2, enzim yang menghasilkan senyawa pro-inflamasi seperti prostaglandin (sejenis lipid, atau lemak).
Curcumin tersedia dalam berbagai bentuk termasuk tablet, kapsul dan salep. Orang Jepang dan Korea Selatan meminumnya dalam teh. Sementara orang Amerika sering menambahkannya ke dalam mentega dan keju.
Namun, tubuh kita sulit untuk menyerap saat masih dalam bentuk alaminya; bahkan tidak jarang akan dibuang keluar dari tubuh kita. Jika Anda menggunakannya untuk memasak, tambahkan lada hitam karena hal ini akan meningkatkan ketersediaan hayatinya hingga lebih dari 2.000%.
Boswellia serrata – ini merupakan ramuan yang juga dikenal sebagai kemenyan India. Studi menunjukkan bahwa bahan ini mungkin tidak hanya memiliki efek anti-inflamasi dan penghilang rasa sakit, tetapi juga dapat menghentikan kehilangan tulang rawan lebih lanjut.
Bahan aktif yang terkandung dari Boswellia serrata dapat membantu menghambat 5-LOX, enzim kunci lain yang membantu produksi leukotrien pro-inflamasi.
Pada tahun 2021, para peneliti di Singapura dan Australia menunjukkan pengurangan rasa sakit dan kekakuan yang signifikan di antara peserta uji coba yang telah menjalani penelitian dengan boswellia yang diperkaya selama 90 hari dibandingkan dengan mereka yang berada dalam kelompok plasebo.
Sumber : https://bit.ly/3PKTKKD