PROTEKSI JIWA
Protection untuk beragam gaya hidup Anda dan keluarga
{{title}}
{{label}}Oleh: Tim Personal Medical Management
Di Asia, penerapan prosedur Bedah jantung invasi minimal masih relatif lebih rendah dibandingkan dengan negara di Eropa maupun di Amerika Serikat. Akan tetapi, kini perlahan kita mulai menerapkan tindakan minimal invasif tersebut.
Pepatah mengatakan, "Seorang Ahli Bedah dapat memotong segalanya kecuali penyebab penyakit". Namun, ternyata terdapat satu hal yang masih dapat belum mereka atasi, yakni ketakutan dan kecemasan dari pasien yang mereka tangani Ketika akan menghadapi operasi itu sendiri.
Di saat para pasien dihadapkan pada opsi bedah terbuka, kebanyakan dari mereka akan menolaknya. Namun, dalam beberapa dekade terakhir, terdapat pergeseran tren di negara Barat dengan meningkatnya frekuensi bedah invasif minimal yang bahkan dapat dilakukan tanpa anestesi.
Bedah ini mungkin belum dapat diterapkan kepada seluruh orang, tetapi hal ini telah merevolusi cara dokter untuk memperbaiki atau mengganti katup jantung yang rusak.
Jantung manusia terdiri dari empat katup, yaitu mitral, trikuspid, aorta, dan paru. Sejauh ini, prosedur invasif minimal telah banyak digunakan untuk mengobati stenosis aorta yang merupakan penyakit penyempitan pada pembukaan katup; dimana katup ini berfungsi untuk membawa darah dari jantung ke seluruh tubuh melalui aorta yang merupakan arteri terbesar.
Teknik ini dikenal sebagai Transcatheter Aortic Valve Replacement (TAVR). Penggunaannya menjadi semakin meluas sejak Food & Drug Administration AS (FDA) pertama kali menyetujui penggunaannya pada tahun 2011.
Empat tahun kemudian, FDA juga menyetujui sebuah produk yang disebut Transcatheter Pulmonary Replacement Valve (TPRV) untuk pasien dengan disfungsi saluran keluar ventrikel kanan untuk digunakan setelah perbaikan bedah pada penyakit jantung bawaan.
Selanjutnya adalah prosedur invasif minimal untuk merawat katup mitral yang lebih kompleks secara anatomis. Ada hampir 12 prosedur yang telah menjalani uji klinis untuk mengatasi penyempitan katup yang mengatur aliran darah dari paru-paru ke ventrikel kiri (ruang pompa utama jantung). Termasuk Regurgitasi katup mitral yang merupakan penyakit katup jantung yang paling umum.
Selain itu, beberapa perusahaan medis juga telah memulai uji klinis yang akan menggunakan teknik invasif minimal untuk memperbaiki atau mengganti katup trikuspid. Katup ini memisahkan salah satu dari dua ruang atas dan bawah jantung, menjaga darah agar tetap mengalir ke arah yang benar.
Penerapan prosedur TAVR semakin meningkat diterapkan dalam beberapa tahun terakhir, hingga menyalip operasi jantung terbuka di Amerika untuk pertama kalinya pada tahun 2017. Akan tetapi, hingga kini di Asia sendiri, penggunaan metode ini masih relatif rendah; yakni sepersepuluh dari tingkat global padatahun yang sama.
Salah satu penyebab dari rendahnya penggunaan metode ini adalah kurangnya kesadaran tentang suatu prosedur, yang memiliki dua metode pelaksanaan utama.
Pertama adalah metode transfemoral. Metode ini dilakukan dengan memasukkan katup yang masih kempes melalui kateter ke dalam pembuluh darah, yang diakses melalui kaki pasien. Kedua, dikenal sebagai metode transapikal, yang merupakan prosedur dengan melakukan sayatan kecil di dada.
Dokter bedah kemudian mengarahkan kateter ke seluruh tubuh. Setelah dipasang, maka akan dilanjutkan dengan proses pengembangan, baik dengan balon ataupun tanpa balon untuk menggantikan katup jantung yang asli.
Katup pengganti biasanya terbuat dari rangka logam ataupun jaringan dari hewan. Ini merupakan sebuah transformasi dimana sebelumnya banyak katup terbuat dari jaringan murni untuk digunakan pada operasi jantung terbuka sejak tahun 1960-an.
Studi klinis telah menunjukan bahwa terdapat banyak manfaat dari penerapan Teknik TAVR. Teknik ini relatif membutuhkan waktu yang lebih singkat. Dibandingkan dengan operasi jantung terbuka yang harus dilakukan selama 4 jam, teknik ini hanya memerlukan waktu selama 1 jam untuk melakukan tindakan.
Dengan teknik ini, secara tidak langsung pasien juga akan memerlukan waktu yang lebih sedikit untuk berada di rumah sakit dibandingkan dengan biasanya.. Dengan begitu, para dokter akan memiliki lebih banyak waktu untuk melakukan prosedur kepada lebih banyak pasien dan rumah sakit dapat menggunakan sumber dayanya dengan lebih baik lagi.
Yang lebih penting, kini pasien tidak perlu merasa takut dengan kemungkinan komplikasi bedah yang dapat terjadi. Komplikasi seperti kehilangan darah, infeksi pasca operasi, luka yang membekas, rasa sakit, hingga trauma psikologis ketika pasien mengetahui bahwa dokter mereka akan menghentikan jantung dan memotong aliran darah dalam jangka waktu tertentu dan menyalurkannya melalui mesin jantung, dapat dihindari dengan penerapan bedah invasif minimal.
Tingkat keberhasilan TAVR juga meningkat seiring dengan semakin mapannya prosedur ini. Ketika FDA pertama kali menyetujui TAVR, prosedur ini hanya digunakan untuk pasien yang diklasifikasikan ke dalam risiko pembedahan yang sangat tinggi - yaitu memiliki kemungkinan yang kuat untuk meninggal di meja operasi karena usia, atau fisik yang terlalu lemah.
Tetapi pasien tersebut juga menghadapi kemungkinan yang tinggi untuk meninggal akibat penyakit akibat stenosis aorta akut yang memiliki tingkat kematian hingga 50% selama dua tahun.
Di tahun 2012, FDA kemudian mengizinkan pasien untuk menjalani TAVR jika tergolong berisiko tinggi, lalu berisiko menengah pada 2016 dan berisiko rendah pada 2019. Dengan diizinkannya prosedur ini, profil pasien TAVR pun bergeser.
Pada tahun 2014, sekitar 66% pasien bedah jantung di Amerika Serikat termasuk dalam kategori risiko tinggi dan 5% dalam kategori risiko menengah. Pada 2018, 45% berada pada kategori risiko menengah.
Angka kematian pasca operasi juga menurun dari 5% - 8% (selama periode 30 hari) pada hari-hari awal setelah operasi menjadi 0,5% - 1% pada 2019.
Namun, ketidakpastian dalam bedah invasif minimal masih tetap ada. Belum ada yang mengetahui berapa lama gaya katup TAVR akan bertahan dibandingkan dengan jangka waktu 10 hingga 20 tahun pada katup hewan.
Teknik ini juga tidak cocok untuk pasien dengan plak berlebih atau yang dapat pecah dan menyumbat arteri setelah dimasukan kateter. Terkadang proses memasukan kateter dapat terhambat karena kelebihan plak atau terdapat kalsifikasi. Dalam kasus ini, proses bedah terbuka lebih dianjurkan.
Pengapuran dan usia juga berjalan secara beriiringan. Jadi, bagi sebagian besar pasien lanjut usia dan pasien dengan kondisi lemah, akan lebih aman untuk mencoba meningkatkan kualitas hidup pasien daripada mengambil risiko mengganti katup. Balloon Aortic Valvuloplasty (BAV) menjadi pilihan: meregangkan katup aorta dengan menggembungkan balon di dalamnya.
Di Asia, stenosis aorta sedang meningkat penggunanya terutama di negara-negara dengan pertumbuhan ekonomi baik seperti Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan, yang memiliki demografis orang lanjut usia dalam jumlah yang besar. Namun prosedur TAVR tidak meningkat seiring dengan demografi, meskipun pengguna awal seperti Singapura mengizinkannya pada tahun 2009 dan Jepang pada tahun 2013.
Salah satu alasannya adalah anatomi tubuh orang Asia yang berbeda. Banyak orang di Asia memiliki arteri yang lebih sempit dan anulus aorta yang lebih kecil (cincin berserat di akar aorta) dibandingkan dengan orang Eropa ataupun Amerika. Ini menimbulkan kekhawatiran akan keamanannya Ketika proses memasukkan kateter dilakukan.
Namun, studi terbaru di Singapore Medical Journal menunjukkan bahwa berdasarkan penelitian klinis secara konsisten menunjukkan hasil yang baik di seluruh wilayah. Saat ini terdapat sejumlah produk katup khusus untuk Asia di pasaran termasuk Katup VenusA di Cina, katup Hydra di Thailand, dan MyVal di India.
Para peneliti dari Pusat Jantung di Universitas Nasional Singapura percaya bahwa alasan utama penurunan jumlah pasien yang diterima berkaitan dengan belum banyaknya asuransi yang dapat menanggung biayanya. Prosedur ini membutuhkan biaya dua kali lipat dari biaya operasi jantung terbuka, meskipun para peneliti berpendapat bahwa hal ini dapat berubah jika terbukti lebih murah dalam jangka panjang melalui peningkatan hasil operasi pasien.
Secara global, dokter mengharapkan prosedur TAVR terus meningkat. Beberapa memperkirakan bahwa volume prosedur akan meningkat hingga 50% dalam kurun waktu lima tahun mendatang. TAVR dengan cepat menjadi standar perawatan di banyak bagian dunia dan Asia mungkin akan mengikutinya.
Sumber : https://bit.ly/3z6ffj2