keuangan-bulanan
- Publication Article
- true
- Article Image
- /content/dam/id/gojek/bds/alliswell/images/image-detail-article-1.jpg
- Publish Date
- 2022-08-12 14:00
- article title
- Financial Planning 101: Tips Mengelola Keuangan Bulanan
- article description detail
-
Meskipun pandemi , kehidupan mulai normal. Namun, godaan seperti berbelanja online, subscription saluran menonton online, hingga brunch di cafe fancy, memang tidak mudah untuk dihindari. Tidak jarang hal tersebut menjadi salah satu hal yang perlu diperhatikan. Berikut berbagai tips untuk mengelola keuangan bulanan mu!
Ucapan “Permisiiii, Pakeeeet!” seperti menjadi ucapan yang tidak lagi asing bagi orang rumahnya karena segala pesanan online yang kerap datang hampir setiap hari. Layaknya bulan-bulan sebelumnya, lagi-lagi ia gagal menolak promo tanggal cantik dari iklan catchy di media sosial yang sepertinya makin susah saja untuk di skip. Satu minggu jauhnya sebelum gajian lagi, ia merasa menyesal ngikutin impulse-nya dari kemarin. Padahal, dengan financial planning, keuangan bulanan bisa dikelola dengan lebih efektif.
“Rasanya baru kemarin gue gajian. Abis belanja bulanan, beli ini itu, bayar subscription yang padahal nontonnya kapan-kapan, kok udah engap aja ya.. Mana belum beli skincare lagi!” ungkap Nanda, seorang wanita 23 tahun yang baru pertama bekerja. Kalimat ini hampir selalu diulang setiap bulannya. Meski hal itu terus berulang, akan tetapi kebiasaan buruk seperti itu tidak bisa dengan mudah ia tinggalkan.
Sounds familiar?
Percaya atau tidak, bukan cuma kamu kok yang merasa seperti itu. Sebagian besar generasi muda mengeluhkan kesulitannya dalam mengatur financial planning pribadi. Berbagai riset pun sependapat: generasi muda masih merasa kesulitan mengatur pengeluaran setiap bulannya. Malahan, sebuah survei mengatakan 60% generasi muda merasa khawatir dengan masa depan keuangannya!
Kira-kira, apa saja sih penyebabnya?
Se-signifikan apa sih generasi muda sekarang?
Mengutip hasil Sensus Penduduk 2020, jumlah generasi Y dan Z dengan rentang usia 8-39 tahun membentuk lebih dari 50% struktur umur penduduk Indonesia.
Jumlah muda yang mendominasi populasi Indonesia ini tentunya menjadi salah satu faktor utama yang mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Bahkan, Goldman Sachs mengakui muda generasi pembentuk perekonomian dunia. Makin kesini, berbagai aplikasi e-banking, e-wallet, bahkan aplikasi pengatur keuangan semakin populer digunakan.
danya pandemi COVID-19 transaksi digital di tanah air tumbuh Menurut Bank Indonesia, nilai transaksi digital selama masa mencapai lebih dari Rp 2.700 triliun, dengan volume transaksi yang melebihi 500 juta pada akhir tahun 2020. Salah satu contoh, kamu pasti sering mendengar istilahcashless. Platform cashless yang paling diminati anak muda menurut survei adalah GoPay. Selama pandemi, transaksi dompet digital mengalami peningkatan hampir 3 kali lipat dari 2019, dengan jumlah pengguna aktif sebanyak 38 juta orang setiap bulannya. Selain dinilai instan dan praktis, alasan tren ini sangat diterima adalah karena dianggap selaras dengan protokol kesehatan selama masa pandemi.
Tidak sedikit juga anak muda yang memilih untuk menggunakan dompet digital sekaligus. Menurut mereka, dompet-dompet digital seringkali menawarkan berbagai promo seperti diskon dan cashback yang dapat meringankan beban transaksi. Bahkan banyak yang mengaku melakukan metode ini untuk menangkal biaya admin tambahan ketika transfer antar bank.
Sayangnya, seringkali cara ini malah berbalik menjadi senjata makan tuan di akhir bulan, apalagi jika tidak dikelola dengan baik.
“Katanya bukan cuma aku yang ngerasa spending-nya bengkak. Yang lain gimana?”
Berbagai penelitian telah menyelidiki ‘keluhan’ generasi muda mengenai pengelolaan keuangan bulanan mereka. Sebuah publikasi majalah Forbes yang berjudul “Millennial Spending Habits and Why They Buy” menunjukkan bahwa generasi Y rela menghabiskan uang demi mendukung gaya hidupnya.
Banyak dari mereka yang menghabiskan keuangan bulanan pribadi untuk makan atau nongkrong di luar. Sehingga secangkir kopi dengan harga di atas Rp 50 ribu sudah menjadi hal yang biasa. Tentunya pengeluaran tidak penting seperti ini dapat memangkas isi dompet dengan cepat.
Hal serupa juga pada diri kita. Kita sering lupa bahwa pengeluaran sepele lama-kelamaan bisa membuat dompet menjadi tipis. survei, 64% generasi muda memiliki kebiasaan berbelanja online, dengan 53% diantaranya memiliki penghasilan kurang lebih Rp 4 juta setiap bulannya. Mereka hanya mengalihkan 10% dari pendapatannya untuk tabungan, separuh penghasilan mereka ludes untuk kebutuhan bulanan dan hanya 2% dari responden yang menggunakan pendapatannya untuk investasi. Sebagai pembentuk perekonomian dan generasi yang dominan dalam masyarakat, financial planning untuk milenial jadi sangat penting.
Tidak hanya satu pendapat yang memandang bahwa generasi muda kurang melek berinvestasi. David Low, seorang General Manager dari Luno Asia Tenggara mengatakan bahwa hampir 70% anak muda Indonesia masih belum memiliki pengetahuan yang cukup untuk membuat strategi investasi yang memadai. Dalam survei perusahaan Luno yang berjudul “The Future of Money”, ditemukan bahwa sebanyak 20% responden mengaku tidak melakukan investasi sama sekali.
Fakta-fakta di atas hanyalah segelintir penelitian yang mengatasnamakan anak muda dan spending habit mereka. Dapat disimpulkan bahwa generasi muda merupakan generasi yang konsumtif. Seperti kata ahli finance Yanuar Andrianto, sikap impulsif generasi muda lagi-lagi dapat dikaitkan dengan paparan teknologi dan lingkungan, yang berujung kepada pemenuhan gaya hidup yang seringkali melebihi kemampuan.
Agar hal-hal seperti ini tidak terjadi ke kamu, yuk simak tips yang bisa dilakukan untuk mengelola keuangan bulanan kamu!
Jauhi peribahasa ini!
Pasti kamu pernah mendengar peribahasa “Lebih Besar Pasak Daripada Tiang”. Singkatnya, peribahasa ini mengartikan pengeluaran yang lebih besar daripada penghasilan.
Mungkin, kita sering menerapkan ungkapan ini tanpa sadar dengan memiliki pengeluaran yang melebihi kemampuan. Pastinya jika dibiarkan, hal ini akan menyebabkan masalah yang lebih rumit lagi walaupun dampaknya mungkin tidak dirasakan secara langsung.
Maka dari itu, penting bagi kamu untuk memiliki financial planning yang matang. Kamu pun harus lebih selektif dalam memilah, mana yang sekiranya mendesak dan mana yang hanya berupa keinginan sesaat. Selain itu, lifestyle yang kita pelihara juga harus sesuai dengan kemampuan dompet masing-masing.
Kunci financial planning sederhana: 50/30/20. Jangan terbalik ya!
Salah satu metode budgeting yang terkenal adalah rasio 50/30/20. Metode ini mengalokasikan pendapatan berdasarkan kebutuhan, keinginan dan target yang ingin kamu capai.
Kebutuhan yang dimaksud di sini adalah biaya hidup, transportasi dan lainnya yang menjadi pengeluaran primer kamu. Sedangkan hal seperti langganan over-the-top content platform dan printilan lainnya masuk ke dalam kategori keinginan. Lalu sisa 20% dari pendapatanmu itu untuk investasi dan tabungan masa depan.
Porsinya bisa diatur sesuai kebutuhan dan kemampuan. Jika kamu sudah memakai rasio ini, bukan berarti PR-mu selesai di situ ya! Kamu harus tetap memonitor secara rutin apakah performamu sudah sesuai atau malah meleset dari target.
Pangkas pengeluaran yang tidak esensial.
Kalau kamu masih untuk memilah mana kebutuhan, keinginan dan mana yang tidak termasuk keduanya, kamu bisa coba Eisenhower Matrix. Matriks ini bisa membantu kamu menyortir prioritas ke dalam dua kategori: penting dan mendesak.
Begitu kamu sudah bisa membuat list apa saja pengeluaranmu setiap bulannya, kamu bisa mulai mengklasifikasikannya ke empat kuadran matriks ini. Pertama, yang penting dan jelas urgent. Ini kuadran yang harus menjadi prioritas kamu. Pengeluaran yang dimaksud biasanya berupa pengeluaran basic sandang, pangan dan papan. Tapi, bukan berarti kamu harus beli baju baru setiap ada diskon ya!
Kedua, yang urgent tapi tidak penting. Pengeluaran yang masuk di kategori ini biasanya merupakan hiburan, wisata dan apapun yang kamu biasa lakukan untuk memberi reward kepada dirimu sendiri. Misalnya, refreshing iseng nonton bioskop setelah seharian bekerja.
Ketiga, yang penting tapi tidak urgent. Disinilah tempat budget yang kamu siapkan untuk target-target jangka panjangmu. Contoh simple, nabung nikah, investasi, nabung untuk membeli rumah bahkan dana pensiun untuk kamu yang suka headstart panjang. Hal-hal yang ada di kuadran ini adalah investasi kamu untuk mendekatkan diri dengan target-target mu.
Yang terakhir, yang tidak penting dan jelas tidak urgent. Yup! You guessed it. Masuk ke supermarket untuk satu barang tapi keluar dengan sepuluh lainnya, awalnya browsing sabun mandi tapi malah jadi beli dekorasi kamar hingga ngeladenin barang-barang promo walaupun tidak termasuk di list belanja. Clue? Sifatnya hampir selalu impromptu! Penting dan perlu diingat bahwa membeli barang yang tidak dipelukan, hanya karena produk tersebut sedang ada diskon besar hanya akan membuat pengeluaranmu semakin membengkak.
Sebisa mungkin hindari hutang ya!
Ingat peribahasa kita sebelumnya? Well, banyak juga yang mengartikannya sebagai orang yang berpenghasilan banyak namun banyak hutang. Tentu inilah yang kamu harus hindari semaksimal mungkin.
Memang, nggak semua hutang itu sesuatu yang buruk. Keputusan mengambil hutang kadang bisa membantu mengamankan aset yang lebih besar. Singkat cerita, Good debt bisa menambah net worth kamu, sedangkan bad debt bekerja sebaliknya. Baik atau buruknya suatu hutang itu tergantung dengan keadaan kamu sendiri.
Hutang menjadi bahaya ketika kita tidak bisa mengaturnya dengan baik.
Sama seperti mengelola keuangan bulanan, hutang juga harus direncanakan dengan baik. Kalau kamu tidak bisa menghindarinya sama sekali, berapa banyak yang kamu butuh, apa yang kamu harus relakan untuk mencapai itu dan bagaimana kamu bisa membayarnya kembali di waktu yang sudah ditetapkan.
Kuncinya hanya satu: konsisten.
Salah satu tantangan dalam membuat planning untuk keuangan bulanan adalah memulainya. Namun, kebanyakan orang bisa mencapai kesuksesan karena dia memulai lebih dulu daripada yang lain. Kamu pun juga bisa melakukan hal yang sama. Maka dari itu hal yang diperlukan adalah konsisten.
Seorang entrepreneur bernama Paul Brown menyarankan agar kamu memulai dengan mengambil langkah-langkah kecil dan berhenti sejenak untuk melihat hasilnya. Mulailah dari memperbaiki kebiasaan-kebiasaan kecil yang mengganggu kesehatan finansial hingga kamu bisa punya perencanaan yang matang. Mengatur rencana keuangan memang tidak bisa dianggap remeh, jika kamu tidak pandai-pandai mengatur pengeluaran bulanan maka pengeluaran mu akan semakin membengkak.
Kalau kamu menganggap aktivitas sehari-hari yang kamu lakukan dan barang-barang yang kamu beli membawa hasil yang positif, pertahankan dengan konsisten. Namun jika sebaliknya, secepat mungkin gantilah dengan sesuatu yang lebih bermanfaat. agar masalah keuangan bulanan mu bisa diatur dengan baik.
Jangan lupa, kamu juga perlu menganalisa secara rutin biaya dan situasi keuangan bulanan kamu, supaya kebiasaan baru yang bisa mengganggu kesehatan keuangan kamu bisa langsung dihilangkan.
Jangan tunda lagi untuk belajar mengelola keuangan mu, agar pengeluaran bulanan tidak selalu bikin kantong bolong, selain mengatur keuangan sebagai bentuk berhemat mu, mengatur keuangan juga dapat membebaskan mu dari rasa khawatir tentang masa depanmu. Nah, salah satu bentuk financial planning adalah memiliki asuransi yang memiliki beragam manfaat. Kini AIA hadir dengan berbagai solusi yang dapat membantumu dalam menghadapi tantangan.
Atur pengeluaran bulanan mu agar terkendali dan tidak membuat pengeluaran membengkak tiap bulannya, bersama produk WFA dari AIA, kamu sudah bisa terlindungi dan pastinya nggak bikin kamu worry #AllisWell Dapatkan sekarang!